Jumat, 29 Maret 2019

Bagaimana Kekeringan air melanda

Bencana kekeringan air
 

Posisi geografis menyebabkan indonesia berada pada belahan bumi dengan iklim monsoon tropis yang sangat sensitif terhadap anomali iklim EL-Nino Southern Oscillation (ENSO).

ENSO menyebabkan kekeringan apabila kondisi suhu permukaan laut dipasifik equator bagian tengah hingga timur menghangat (EL- Nino).


PENGERTIAN KEKERINGAN

Kekeringan adalah keadaan kurangnya pasokan air pada suatu daerah dalam masa yang berkepanjangan (beberapa bulan hingga bertahun-tahun). biasanya kejadian ini muncul bila suatu wilayah secara terus menerus mengalami curah hujan dibawah rata-ratamusim kemarau yang panjang akan menyebabkan kekeringan karena cadangan air tanah akan habis akibat penguapan (evaporasi), tranpirasi atau penggunaan lain oleh manusia.


Menurut Shelia B. Red (1995) kekeringan bisa dikelompokan berdasarkan jenisnya yaitu: kekeringan meteorologis, kekeringan hydrologis, kekeringan pertanian, dan kekeringan sosial ekonomi.
1.    Kekeringan meteorologis, berasal dari kurangnya curah hujan dan didasarkan pada tingkat kekeringan relatif terhadap tingkat kekeringan normal atau rata–rata dan lamanya periode kering.
2.    Kekeringan hidrologis mencakup mencangkup berkurangnya sumber–sumber air seperti sungai, air tanah, danau dan tempat–tempat cadangan air. Definisinya mencangkup data tentang ketersediaan dan tingkat penggunaan yang dikaitkan dengan kegiatan wajar dari sistem yang dipasok (sistem domestik, industri, pertanian yang menggunakan irigasi).
3.    Kekeringan pertanian adalah dampak dari kekeringan meteorologi dan hidrologi terhadap produksi tanaman pangan dan ternak. Kekeringan ini terjadi ketika kelembapan tanah tidak mencukupi untuk mempertahankan hasil dan pertumbuhan rata-rata tanaman. Kebutuhan air bagi tanaman, bagaimanapun juga, tergantung pada jenis tanaman, tingkat pertumbuhan dan sarana- sarana tanah. Dampak dari kekeringan pertanian sulit untuk bisa diukur karena rumitnya pertumbuhan tanaman dan kemungkinan adanya faktor–faktor lain yang bisa mengurangi hasil seperti hama, alang–alang, tingkat kesuburan tanah yang rendah dan harga hasil tanaman yang rendah.
4.    Kekeringan sosioekonomi berhubungan dengan ketersediaan dan permintaan akan barang–barang dan jasa dengan tiga jenis kekeringan yang disebutkan diatas. Ketika persediaan barang–barang seperti air, jerami atau jasa seperti energi listrik tergantung pada cuaca, kekeringan bisa menyebabkan kekurangan. 
 
 
Gejala terjadinya kekeringan adalah sebgai berikut:
1.    Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan dibawah normal dalam satu musim. Pengukuran kekeringan Meteorologis merupakan indikasi pertama adanya bencana kekeringan.
2.    Tahap kekeringan selanjutnya adalah terjadinya kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan elevasi muka air sungai, waduk, danau dan air tanah. Kekeringan Hidrologis bukan merupakan indikasi awal adanya kekeringan.
3.    Kekeringan pada lahan pertanian ditandai dengan kekurangan lengas tanah (kandungan air di dalam tanah) sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan tanaman tertentu pada periode waktu tertentu pada wilayah yang luas yang menyebabkan tanaman menjadi kering dan mengering. 
 
   FAKTOR PENYEBAB KEKERINGAN
Faktor-faktor penyebab terjadinya bencana kekeringan:
1.    Lapisan tanah tipis
Dengan lapisan tanah yang tipis, air hujan yang terkandung dalam tanah tidak akan bertahan lama. Biasanya bencana kekeringan sering terjadi di daerah pegunungan kars,karena di daerah ini memiliki lapisan tanah atas yang tipis.
2.    Air tanah dalam
Air hujan yang jatuh pada saat musim penghujan, akan meresap jauh ke dalam lapisan bawah tanah mengingat selain hanya mampu menyimpan air dengan intensitas yang terbatas, tanah juga tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lebih lama. Hal ini menyebabkan aliran-aliran air di bawah tanah (sungai bawah tanah) yang dalam, sehingga tanaman tidak mampu menyerap air  pada saat musim kemarau, karena akar yang dimiliki tidak mampu menjangkaunya.
3.    Tekstur tanah kasar
Tekstur tanah yang kasar, tidak mampu menyimpan air dengan jangka waktu yang lama. Karena air hujan yang turun akan langsung mengalir ke dalam, karena tanah tidak mampu menahan laju air.
4.    Iklim
Dalam hal ini iklim berkaitan langsung dengan bencana kekeringan. Keadaan alam yang tidak menentu akan berpengaruh terhadap kondisi iklim yang terjadi. Sehingga mengakibatkan perubahan musim.
5.    Vegetasi
Vegetasi juga mempunyai andil terhadap terjadinya kekeringan .Jenis vegetasi tertentu seperti ketela pohon yang menyerap air tanah dengan intensitas yang lebih banyak, daripada tanaman lain, tentunya akan sangat menguras kandungan air dalam tanah.
Dan lebih parahnya, penanaman ketela pohon banyak terjadi di daerah pegunungan karst yang rawan akan bencana kekeringan.
6.    Topografi
Topografi atau tinggi rendah suatu daerah sangat berpengaruh terhadap kandungan air tanah yang dimiliki. Biasanya daerah yang rendah akan memiliki kandungan air tanah yang lebih banyak daripada di daerah dataran tinggi. Hal ini disebabkan karena air hujan yang diserap oleh tanah akan mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah. Oleh karena itu air akan lebih banyak terserap oleh tanah di dataran yang lebih rendah.
 
DAMPAK KEKERINGAN

1.    Fisik
a.    Kerusakan terhadap habitat spesies ikan dan binatang.
b.    Erosi-erosi angin dan air terhadap tanah.
c.    Kerusakan spesies tanaman.
d.   Pengaruh-pengaruh terhadap kualitas air (salinisasi).
e.    Kekeringan juga menjadikan tanah menjadi mengeras dan retak-retak, sehingga sulit untuk dijadikan lahan pertanian.
2.    Non fisik
a.    Ekonomi
1)   Kerugian-kerugian produksi tanaman pangan, susu, ternak, kayu, dan perikanan.
2)   Kerugian pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional.
3)   Kerugian pendapatan petani dan lain-lain yang terkena secara langsung.
4)   Kerugian-kerugian dari bisnis turisme dan rekreasi.
5)   Kerugian pembangkit listrik tenaga air dan meningkatkan biaya-biaya energy.
b.   Sosial Budaya
1)   Saat terjadi kekeringan, tanah menjadi kering dan pasir lembut atau debu mudah terbawa angin. Hal ini menyebabkan debu ada dimana, sehingga menimbulkan banyak gejala penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Banyak orang yang akan sakit flu dan batuk.
2)   Pengaruh-pengaruh kekurangan pangan ( kekurangan gizi, kelaparan).
3)   Hilangnya nyawa manusia karena kekurangan pangan atau kondisi-kondisi yang terkait dengan kekeringan.
4)   Konflik di antara penggunan air.
5)   Masalah kesehatan karena menurunnya pasokan air.
c.    Politik
Pemerintah harus bekerja keras untuk membuat kebijakan penanggulangan bencana kekeringan. Badan khusus penanggulangan bencana juga harus dibentuk, seperti yang sudah dibentuk di Indonesia yanitu BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana).
 
MITIGASI BENCANA KEKERINGAN

Strategi Mitigasi dan Upaya Pengurangan Bencana
1.    Penyusunan peraturan pemerintah tentang pengaturan sistem pengiriman data iklim dari daerah ke pusat pengolahan data.
2.    Penyusunan PERDA untuk menetapkan skala prioritas penggunaan air dengan memperhatikan historical right dan azas keadilan.
3.    Pembentukan pokja dan posko kekeringan pada tingkat pusat dan daerah.
4.    Penyediaan anggaran khusus untuk pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan.
5.    Pengembangan/perbaikan jaringan pengamatan iklim pada daerah-daerah rawan kekeringan
Jika lebih dirincikan, tahap mitigasi bencana kekeringan adalah sebagai berikut:
1.    Pra bencana
a.    Memanfaatkan sumber air yang ada secara lebih efisien dan efektif.
b.    Memprioritaskan pemanfaatan sumber air yang masih tersedia sebagai air baku untuk air bersih.
c.    Menanam pohon dan perdu sebanyak-banyaknya pada setiap jengkal lahan yang ada di lingkungan tinggal kita.
d.   Membuat waduk (embung) disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
e.    Memperbanyak resapan air dengan tidak menutup semua permukaan dengan plester semen atau ubin keramik.
Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan.
Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau.
Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
1)   Rorak
Rorak adalah lubang kecil berukuran panjang/lebar 30-50 cm dengan kedalaman 30-80 cm, yang digunakan untuk menampung sebagian air aliran permukaan. Air yang masuk ke dalam rorak akan tergenang untuk sementara dan secara perlahan akan meresap ke dalam tanah, sehingga pengisian pori tanah oleh air akan lebih tinggi dan aliran permukaan dapat dikurangi.
2)   Saluran buntu
Saluran buntu adalah bentuk lain dari rorak dengan panjang beberapa meter (sehingga disebut sebagai saluran buntu). Perlu diingat bahwa dalam pembuatan rorak atau saluran buntu, air tidak boleh tergenang terlalu lama (berhari-hari) karena dapat menyebabkan terganggunya pernapasan akar tanaman dan berkembangnya berbagai penyakit pada akar.
3)   Lubang penampungan air (catch pit)
Bibit yang baru dipindahkan dari polybag ke kebun, seharusnya dihindarkan dari kekurangan air. Sistem 'catch pit' merupakan lubang kecil untuk menampung air, sehingga kelembaban tanah di dalam lubang dan di sekitar akar tanaman tetap tinggi.
4)   Embung
Embung adalah kolam buatan sebagai penampung air hujan dan aliran permukaan. Embung sebaiknya dibuat pada suatu cekungan di dalam daerah aliran sungai (DAS) mikro. Selama musim hujan, embung akan terisi oleh air aliran permukaan dan rembesan air di dalam lapisan tanah yang berasal dari tampungan mikro di bagian atas/hulunya. Air yang tertampung dapat digunakan untuk menyiram tanaman, keperluan rumah tangga, dan minuman ternak selama musim kemarau.
Kapasitas embung berkisar antara 20.000 m3 (100 m x 100 m x 2 m) hingga 60.000 m3.
5)   Bendungan Kecil (cek dam)
Cek dam adalah bendungan pada sungai kecil yang hanya dialiri air selama musim hujan, sedangkan pada musim kemarau mengalami kekeringan. Aliran air dan sedimen dari sungai kecil tersebut terkumpul di dalam cekdam, sehingga pada musim hujan permukaan air menjadi lebih tinggi dan memudahkan pengalirannya ke lahan pertanian di sekitarnya. Pada musim kemarau diharapkan masih ada genangan air untuk tanaman, air minum ternak, dan berbagai keperluan lainnya.
6)   Panen air hujan dari atap rumah
Air hujan dari atap rumah dapat ditampung di dalam bak atau tangki untuk dimanfaatkan selama musim kemarau untuk mencuci, mandi, dan menyiram tanaman. Untuk minum sebaiknya digunakan air dari mata air karena pada awal musim hujan, air hujan mengandung debu yang cukup tinggi.
Antisipasi penanggulangan kekeringan dapat dilakukan melalui dua tahapan strategi yaitu perencanaan jangka pendek dan perencanaan jangka panjang.
a.    Perencanaan jangka pendek (satu tahun musim kering):
1)   Penetapan prioritas pemanfaatan air sesuai dengan prakiraan kekeringan.
2)   Penyesuaian rencana tata tanam sesuai dengan prakiraan kekeringan.
3)   Pengaturan operasi dan pemanfaatan air waduk untuk wilayah sungai yang mempunyai waduk.
4)   Perbaikan sarana dan prasarana pengairan.
5)   Penyuluhan/sosialisasi kemungkinan terjadinya kekeringan dan dampaknya.
b.    Sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi antara lain:
1)   Pelaksanaan reboisasi atau konservasi untuk meningkatkan retensi dan tangkapan di hulu.
2)   Pembangunan prasarana pengairan (waduk, situ, embung).
3)   Pengelolaan retensi alamiah (tempat penampungan air sementara) di wilayah sungai.
4)   Penggunaan air secara hemat.
5)   Penciptaan alat sanitasi hemat air.
2.    Saat terjadi Bencana
Sasaran penanggulangan kekeringan ditujukan kepada ketersediaan air dan dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan. Untuk penanggulangan kekurangan air dapat dilakukan melalui:
a.    Pembuatan sumur pantek atau sumur bor untuk memperoleh air.
b.    Penyediaan air minum dengan mobil tangki.
c.    Penyemaian hujan buatan di daerah tangkapan hujan.
d.   Penyediaan pompa air.
e.    Pengaturan pemberian air bagi pertanian secara darurat (seperti gilir giring).
Untuk penanganan dampak, perlu dilakukan secara terpadu oleh sektor terkait antara lain dengan upaya:   
a.    Dampak Sosial:
1)   Penyelesaian konflik antar pengguna air.
2)   Pengalokasian program padat karya di daerah-daerah yang mengalami kekeringan.
b.    Dampak Ekonomi:
1)   Peningkatan cadangan air melalui pembangunan waduk-waduk baru, optimalisasi fungsi embung, situ, penghijauan daerah tangkapan air, penghentian perusakan hutan, dll.
2)   Peningkatan efisiensi penggunaan air melalui gerakan hemat air, daur ulang pemakaian air.
c.    Dampak Keamanan:
1)   Mengurangi kriminalitas melalui penciptaan lapangan pekerjaan.
2)   Mencegah kebakaran dengan meningkatkan kehati-hatian dalam penggunaan api.
d.   Dampak Lingkungan:
1)   Mengurangi erosi tanah melalui penutupan tanah (land covering).
2)   Mengurangi beban limbah sebelum dibuang kesumber air.
3.    Pasca Bencana
Kegiatan pemulihan mencakup kegiatan jangka pendek maupun jangka panjang akibat bencana kekeringan antara lain:
a.    Bantuan sarana produksi pertanian.
b.    Bantuan modal kerja.
c.    Bantuan pangan dan pelayanan medis.
d.   Pembangunan prasarana pengairan, seperti waduk, bendung karet, saluran pembawa, dll.
e.    Pelaksanaan konservasi air dan sumber air di daerah tangkapan hujan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar